wavinghands.org
Dampak Digitalisasi telah mengubah dunia di berbagai bidang, termasuk dalam dunia pekerjaan. Sayangnya, dampak digitalisasi ini tidak selalu positif. Menurut laporan terbaru dari McKinsey Global Institute (MGI), sebanyak 36 juta pekerja di Amerika Serikat terancam kehilangan pekerjaan mereka akibat digitalisasi dan otomatisasi.
Dalam laporan yang berjudul “The Future of Work in America: People and Places, Today and Tomorrow” ini, MGI menyoroti bahwa pekerjaan-pekerjaan yang terancam hilang akibat Dampak Digitalisasi bukan hanya pekerjaan yang bersifat rutin dan manual saja, tetapi juga pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Sebagai contoh, pekerjaan di sektor manufaktur, penjualan, dan administrasi terancam digantikan oleh mesin dan teknologi canggih.
Selain itu, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa dampak digitalisasi dan otomatisasi ini tidak merata. Pekerja dengan pendidikan yang lebih rendah, yang biasanya bekerja di sektor informal, lebih rentan terhadap dampak negatif digitalisasi.
Sementara itu, pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi dan bekerja di sektor formal cenderung lebih aman dari ancaman kehilangan pekerjaan akibat digitalisasi.
Namun, bukan berarti digitalisasi seluruhnya merupakan ancaman bagi dunia kerja. Laporan MGI juga menyebutkan bahwa digitalisasi dan otomatisasi dapat menciptakan peluang-peluang baru yang belum ada sebelumnya.
Misalnya, sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang terus berkembang pesat, menciptakan lapangan pekerjaan baru di berbagai bidang, seperti pengembangan aplikasi, analisis data, dan keamanan siber.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh digitalisasi. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di era digital.
Selain itu, pemerintah juga perlu menciptakan kebijakan yang mendukung transformasi digital, seperti insentif bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi canggih dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Di sisi lain, masyarakat juga harus proaktif dalam menghadapi perubahan ini. Selain mengasah keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, kita juga harus siap untuk belajar sepanjang hayat dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di dunia kerja.
Digitalisasi memang membawa dampak yang cukup signifikan dalam dunia kerja, termasuk mengancam kehilangan pekerjaan bagi jutaan orang. Namun, jika kita mampu beradaptasi dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi, kita akan tetap bisa bertahan dan bahkan berkembang di era digital ini.
Dampak-dampak Buruk Digitalisasi
Digitalisasi telah mengubah dunia kita dengan cara yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Kemajuan teknologi telah membawa banyak perubahan positif dalam kehidupan kita, seperti kemudahan komunikasi, akses informasi yang lebih baik dan peningkatan produktivitas.
Namun, ada juga dampak negatif yang perlu kita perhatikan. Nah di bawah ini ada beberapa pembahasan tentang dampak buruk digitalisasi yang mungkin tidak kita sadari.
- Ketergantungan pada teknologi
Salah satu dampak buruk digitalisasi adalah ketergantungan yang semakin meningkat pada teknologi. Hampir semua aspek kehidupan kita saat ini melibatkan penggunaan teknologi, mulai dari komunikasi, pekerjaan, hingga hiburan. Hal ini membuat kita semakin sulit untuk melepaskan diri dari perangkat digital, seperti smartphone, komputer, dan televisi.
Ketergantungan pada teknologi ini bisa menyebabkan berbagai masalah, seperti gangguan tidur, penurunan kualitas hubungan sosial, dan bahkan penurunan kesehatan mental.
Selain itu, ketergantungan pada teknologi juga membuat kita lebih rentan terhadap risiko keamanan siber, seperti pencurian identitas dan penipuan online.
- Penurunan privasi
Digitalisasi telah menyebabkan penurunan privasi yang signifikan. Dengan semakin banyaknya data yang dikumpulkan dan disimpan secara digital, kita menjadi lebih rentan terhadap pelanggaran privasi.
Perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook dan Google diketahui mengumpulkan data pribadi penggunanya untuk tujuan periklanan, yang tentunya menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana data tersebut digunakan.
Selain itu, pemerintah juga semakin sering memantau aktivitas online warganya dalam rangka keamanan nasional. Hal ini membuat kita merasa tidak aman dan terus-menerus diawasi, yang tentunya dapat menimbulkan stres dan kecemasan.
- Pengaruh negatif pada kesehatan mental
Digitalisasi juga memiliki dampak negatif pada kesehatan mental kita. Penggunaan media sosial yang berlebihan, misalnya, dapat menyebabkan perasaan cemas, depresi, dan bahkan kecanduan.
Hal ini dikarenakan kita terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain, yang seringkali hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan mereka di media sosial.
Selain itu, penggunaan perangkat digital yang berlebihan juga dapat menyebabkan gangguan tidur, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental kita. Kurang tidur dapat menyebabkan penurunan konsentrasi, penurunan kinerja, dan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
- Pekerjaan yang tergantikan oleh teknologi
Digitalisasi juga telah menyebabkan banyak pekerjaan yang tergantikan oleh teknologi. Meskipun hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dampak negatifnya adalah peningkatan pengangguran dan ketidakstabilan ekonomi.
Pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka karena digantikan oleh teknologi sering kali kesulitan menemukan pekerjaan baru yang sesuai dengan keahlian mereka, yang dapat menyebabkan kemiskinan dan ketidakpuasan dalam hidup.
- Perubahan dalam cara kita berkomunikasi
Digitalisasi juga telah mengubah cara kita berkomunikasi satu sama lain. Meskipun teknologi seperti media sosial dan aplikasi pesan instan membuat kita lebih mudah untuk tetap terhubung dengan teman dan keluarga, cara kita berkomunikasi menjadi lebih dangkal dan kurang emosional.
Kita lebih sering berkomunikasi melalui teks daripada percakapan langsung, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dan penurunan kualitas hubungan sosial.
- Dampak pada lingkungan
Digitalisasi juga memiliki dampak negatif pada lingkungan. Produksi perangkat elektronik seperti smartphone dan komputer menggunakan sumber daya alam yang terbatas, seperti logam langka dan bahan kimia beracun.
Selain itu, perangkat elektronik yang dibuang secara tidak benar dapat mencemari lingkungan dan mengancam kehidupan manusia dan satwa liar.
Bagaimana Dampak Digitalisasi di Indonesia di Tahun 2023?
Digitalisasi telah meningkatkan akses dan pemanfaatan internet di Indonesia. Menurut DataReportal, terdapat 212,9 juta pengguna internet di Indonesia pada Januari 2023, yang setara dengan 77 persen dari jumlah penduduk. Jumlah ini meningkat sekitar 5,2 persen dari tahun 2021.
Digitalisasi juga telah mendorong perkembangan industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia. Menurut CNBC Indonesia, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 360 miliar pada tahun 2023.
Untuk meraih potensi tersebut, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung transformasi digital di berbagai sektor, seperti insentif fiskal, bantuan pemerintah, dan deregulasi2.
Digitalisasi juga telah memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia dalam hal kesejahteraan, pendidikan, kesehatan dan partisipasi sosial.
Misalnya, digitalisasi telah memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan layanan publik yang lebih cepat, mudah, dan transparan melalui aplikasi online.
Digitalisasi juga telah memfasilitasi masyarakat untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan peluang yang lebih luas melalui media sosial, e-learning, dan e-commerce1.
Kesimpulan
Dampak Digitalisasi memang telah membawa banyak manfaat dalam kehidupan kita, namun kita tidak boleh mengabaikan dampak buruk yang mungkin muncul akibat digitalisasi.
Penting bagi kita untuk menyadari dampak negatif ini dan mencari cara untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul. Dengan begitu, kita dapat memanfaatkan teknologi secara bijaksana dan menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan kehidupan nyata.
source