Blog  

Ibu Kota Akan Pindah, Apakah MRT Jakarta Tetap Beroperasi?

wavinghands.org

MRT Jakarta

Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai nasib transportasi massal yang baru saja diresmikan, yaitu Moda Raya Terpadu atau MRT Jakarta.

Meskipun ibu kota akan pindah, MRT Jakarta dipastikan akan tetap beroperasi. Pasalnya, Jakarta akan tetap menjadi pusat perekonomian, bisnis, dan kegiatan lainnya. Selain itu, MRT Jakarta dinilai dapat membantu mengurangi kemacetan yang selama ini menjadi permasalahan utama di kota ini.

MRT Jakarta diharapkan dapat membantu meningkatkan mobilitas warga Jakarta dan sekitarnya, serta mendukung keberlanjutan pembangunan di wilayah Jabodetabek. Dalam jangka panjang, MRT Jakarta akan terus dikembangkan dan diperluas untuk menjangkau lebih banyak wilayah dan memberikan pelayanan yang lebih optimal kepada masyarakat.

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas transportasi di Jakarta, pemerintah juga akan terus mengembangkan berbagai infrastruktur dan moda transportasi lainnya, seperti LRT, busway, dan commuter line. Diharapkan, keberadaan MRT Jakarta akan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.

Oleh karena itu, meskipun ibu kota akan pindah, MRT Jakarta dan transportasi massal lainnya di kota ini akan tetap eksis dan terus berkembang untuk mendukung kehidupan masyarakat dan keberlanjutan pembangunan di wilayah Jabodetabek.

Perkembangan MRT Jakarta

MRT Jakarta menjadi MRT pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh PT MRT Jakarta, anak perusahaan Pemprov DKI Jakarta. Proyek ini merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang melalui JICA (Japan International Cooperation Agency).

Saat ini, MRT Jakarta hanya memiliki satu jalur, yaitu jalur MRT Jakarta Utara-Selatan. Jalur ini terdiri dari 13 stasiun, mulai dari Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Lebak Bulus. Stasiun-stasiun tersebut antara lain Bundaran HI, Dukuh Atas, Setiabudi, Bendungan Hilir, Istora, Senayan, Blok M, Blok A, Haji Nawi, Cipete Raya, Fatmawati, Lebak Bulus, dan Lebak Bulus Grab.

MRT Jakarta telah menggunakan teknologi terkini dalam sistem operasionalnya, seperti sistem pengendalian kereta yang otomatis (Automatic Train Control) dan sistem pengaturan sinyal (Automatic Train Protection). Selain itu, MRT Jakarta juga menggunakan teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan energi listrik dan sistem pengelolaan air limbah.

MRT Jakarta juga menyediakan berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang, seperti eskalator, lift, toilet, area tunggu, dan ruang laktasi. Selain itu, MRT Jakarta juga menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas, seperti jalur khusus dan kursi roda. MRT Jakarta juga dilengkapi dengan security system yang canggih, seperti CCTV dan petugas satpam yang selalu siaga.

Untuk Tarif MRT Jakarta dihitung berdasarkan jarak tempuh penumpang, dengan tarif minimum Rp 3.000 dan maksimum Rp 14.000. Penumpang dapat membayar tarif menggunakan kartu elektronik (e-money) yang diterbitkan oleh beberapa bank, seperti BCA, BRI, BNI, dan Mandiri. Selain itu, penumpang juga dapat menggunakan kartu Jelajah yang diterbitkan oleh PT MRT Jakarta.

Sejak dioperasikan, MRT Jakarta telah berhasil mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang beroperasi di jalanan ibukota. Hal ini tentunya berdampak positif terhadap pengurangan kemacetan lalu lintas. Selain itu, MRT Jakarta juga berdampak pada peningkatan jumlah pengguna transportasi publik, yang pada akhirnya akan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pemerintah bahkan berencana untuk membangun jalur MRT Jakarta Timur-Barat yang akan menghubungkan kawasan Cikarang hingga Balaraja. Jalur ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan di jalur arteri Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, pemerintah juga berencana untuk membangun jalur MRT Jakarta Utara-Selatan fase 2 yang akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Kota.

Salah satu tantangan utama dalam pengembangan MRT Jakarta adalah pembebasan lahan. Pemerintah harus bekerja sama dengan masyarakat dan pemilik lahan untuk membebaskan lahan yang dibutuhkan dalam pembangunan jalur MRT. Selain itu, tantangan lainnya adalah pembiayaan proyek. Pemerintah harus mencari sumber pembiayaan yang efisien dan efektif untuk memastikan kelanjutan pembangunan MRT Jakarta.

MRT Jakarta sendiri menawarkan banyak peluang, baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Bagi pemerintah, MRT Jakarta dapat menjadi sarana untuk mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas dan meningkatkan kualitas transportasi publik. Bagi masyarakat, MRT Jakarta menawarkan kenyamanan dan kecepatan dalam beraktivitas, serta membuka peluang bisnis di sekitar stasiun MRT.

Sejak dioperasikan, MRT Jakarta telah mendapat dukungan yang positif dari masyarakat. Masyarakat menyadari bahwa MRT Jakarta merupakan solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di ibukota. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan dapat terus mendukung pengembangan MRT Jakarta dengan menggunakan transportasi publik dan menjaga fasilitas yang ada.

Perubahan paradigma pembangunan Jakarta dari bergantung pada jalan raya dan kendaraan pribadi menjadi bergantung pada transportasi publik dan transit akan membawa dampak positif bagi kota dan lingkungannya.

Dengan fokus pada memanusiakan mobilitas masyarakat melalui pengembangan jalur MRT Jakarta, transportasi publik massal lainnya, dan kawasan berorientasi transit, akan mendorong perubahan perilaku dan gaya hidup sehat bagi masyarakat serta kehidupan yang lebih baik.

Bagaimana Nasib MRT Jakarta jika Ibu Kota Dipindahkan?

Meskipun Jakarta tidak lagi menjadi ibu kota pada tahun 2024, Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat menegaskan bahwa pembangunan konektivitas moda transportasi MRT di Jakarta tetap akan dilanjutkan.

Menurutnya, Jakarta tetap akan menjadi kota bisnis seperti halnya negara-negara lain yang telah memindahkan ibu kotanya seperti Amerika Serikat dengan kota New York atau Malaysia dengan Putrajaya sebagai pusat pemerintahan, namun Kuala Lumpur tetap menjadi pusat bisnis bagi negara tersebut.

Tuhiyat, Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda), mengungkapkan bahwa meskipun ibu kota akan pindah, pembangunan konektivitas moda transportasi MRT tetap akan dilakukan. Menurutnya, Jakarta akan tetap menjadi kota bisnis, seperti halnya beberapa daerah atau kota lain di beberapa negara yang telah memindahkan ibu kotanya.

Pada acara Sewindu PSN di Jakarta pada hari Senin (8/5/2023), Tuhiyat juga menjelaskan bahwa beberapa proyek seperti pengembangan Fase 2 dan rencana pengembangan Fase 3 dan 4 akan terus dilakukan. Saat ini, Fase 2 sedang dibangun dari Bundaran HI-Ancol Barat.

Rencana Fase 3 akan dibangun dengan rute Cikarang-Balaraja, sementara Fase 4 akan dibangun dari Kampung Rambutan ke Fatmawati. Namun, untuk pembangunan Fase 3 dan 4 masih mencari harus investor untuk melanjutkan pembangunannya. Menurut Tuhiyat, Fase 3 dan 4 masih dalam tahap proses finansial close, dengan basic design masih berada di Kementerian Perhubungan.

Setelah diserahkan kepada mereka, kemudian dapat dipastikan. Pemprov DKI juga masih mengevaluasi Fase 4. Menurut Tuhiyat, pembangunan MRT Jakarta akan terus dilanjutkan untuk mengintegrasikan daerah penyangga Jakarta ke pusat kota. Oleh karena itu, hingga saat ini masih terus ada diskusi oleh Pemrov DKI Jakarta.

Tuhiyat menyimpulkan bahwa salah satu bukti adanya daerah penyangga adalah pembangunan East West Line yang melintasi tiga provinsi, yaitu Jawa Barat dari Cikarang hingga Balaraja di Banten, yang melewati wilayah Provinsi DKI Jakarta. Oleh karena itu, area ini dianggap sebagai salah satu daerah penyangga.

 

source

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *